Selamat Datang Di Kota Pacitan

MY BLOGS

Kamis, 26 Februari 2009

Makam Kanjeng Jimat

Makam Kanjeng Jimat

Secara geografis makam kanjeng jimat berada di desa kacangan atau letak makam menjadi satu komplek dengan masjid al-Mubarok. Makam kanjeng jimat ada pada posisi 6 dari timur. Secara fisik, panjang kicijingan makam berukuran 2,60 m, lebar 0,90 m, dan tinggi 0,50 m serta tinggi nisan 0,95 m. diutara makam terdapat payung tingkat 2. pada bagian selatan kijingan terdapat prasasti memakai huruf Arab, namun menggunakan bahasa Jawa yang berbunyi “Punikao Pasarean Kanjeng Ratu Toemenggung Sosro Kusumo”. Selain itu makam ditutup dengan kelambu putih dan kuning dengan diberi kerangka dari kayu jati yang berukuran tinggi 2 m dan panjang 3,40m.

Bagi sebagian masyarakat Nganjuk kedudukan kanjeng jimat mempunyai arti tersendiri. Beliau orang yang dianggap paling berjasa terhadap keberadaan Nganjuk selanjutnya.
Makam kanjeng jimat tak pernah sepi dari peziarah, baik siang maupun malam hari. Yang melakukan ziarah, tidak hanya berasal dari Nganjuk, tetapi juga ada yang berasal dari Kediri, Tulung agung, Blitar, Bojonegro, Malang, Madiun, Jombang dan Surabaya.

Kanjeng Jimat adalah seorang bupati ke-5 dikadipaten berbek dan sebagai bupati pertama di kabupaten Nganjuk. Kanjeng jimat sesuai data dokumen “Surabaya Post” yang dijelaskan pada tahun 1930, adalah putra menantu sultan Agung Mataram yang sangat gigih dalam menentang penjajah Belanda

Prasasti Pada Makam Ki Ageng Jimat

  1. Salinan

  1. Alih Tulisan

· Allah

· Muhammad

· Ghain, Ra, Nun, Alif

· Lailaha Illa Allah

  1. Terjemah

· Allah

· Muhammad

· Ghain, Ra, Nun, Alif (1000, 200, 50, 1 = 1251 Hijrah)

· Tiada Tuhan Selain Allah

  1. Komentar

· Kalimat Lailaha Illa Allahu, menunjukkan bahwa orang yang meninggal beragama Islam. Tahun meninggalnya ialah 1251 hijrah atau 1763 tahun Jawa. Angka yang digunakan adalah angka abjad Arab yaitu ghain, ro, nun, alif (1000, 500, 200, 1=1251 H)

- Masjid Yoni al-Mubarok

Sejarah

Masjid Yoni al-Mubarok merupakan peninggalan kanjeng jimat. Masjid tersebit dibangun pada masa pemerintahannya, ketika ia menjabat sebagai bupati pertama dikabupaten Nganjuk. Ia merupakan menantu dari sultan agAgung Mataram. Arsitektur masjid cukup variatif dikarenakan adanya interaksi dengan pedagang asing sehingga terjadi akulturasi kebudayaan di berbagai unsur, seperti warna masjid yang hampir mirip dengan peribadatan orang-orang Tiongkok, bentuk mimbar yang cenderung mengikuti model timur tengah.

Meskipun al-Mubarok dilakukan pemugaran, akan tetapi tidak untuk mengganti bagian-bagian yang penting (bagian interior masjid masih asli). Pemugaran itu hanya terjadi pada eksterior masjid seperti liwan, serambi, gapura, dan tempat wudhu.

Masjid yang didirikan pada masa pemerintahan kanjeng jimat sebagai bupati pertama Kabupaten Nganjuk disebut dengan masjid yoni al-Mubarok, yang berasal dari bencet yoni yang berada didepan masjid, merupakan peninggalan kepercayaan hindu. Diatas bencet yoni dulu terdapat patung perempuan yang sedang kencing, sehingga harus dibuang. Konon menurut keterangan, bahwa patung tersebut merupakan patung dewa dalam kepercayaan Hindu yang bernama Dewi Durga, istri Dewa Syiwa yang disembah sebagai dewi kesuburan. Lambang tersebut sangat kental dimasyarakat yang dahulunya penganut agama Hindu, kemudian ketika beralih ke agama Islam bangunan itu dirubah menjadi masjid sehingga disebut masjid Yoni al-Mubarok, yang kemudian hari disebut masjid al-Mubarok saja. Namun masyarakat mengenalnya dengan sebutan masjid wali.

Ornamentasi pada masjid Yoni al-Mubarok dengan kerangka dari kayu jati yang berwarna coklat tua memperlihatkan arsitektural kebudayaan kuno dan jika dilihat secara mendalam akan diketahui kebudayaan yang khas Jawa-Hindu pada masa peralihan Islam.

Dinding Masjid berasal dari batu bata merah asli yang disusun dan berwarna putih serta di atas dinding terdapat pelipat-pelipit berwarna merah berbentuk mirip seperti pelipat pada candi (hasil kebudayaan Hindu). Balok pada pintu terdapat ukiran lung-lingan berwarna putih perak dan dikedua sudut bagian atas dihias dengan bunga ceplok yang di tengahnya berwarna putih.

Nama Masjid yoni al-Mubarok sendiri berasal dari situs peninggalan hindu berupa sebuah yoni yang kemudian difungsikan sebagai penunjuk waktu sholat dengan digantinya patung perempuan yang sedang kencing dengan besi lurus sebagai penunjuk waktu.

Bahan yang di gunakan dalam pembangunan masjid berbeda dengan bahan yang dipakai oleh masjid modern. Bahan yang digunakan berasal dari kayu jati asli yang di cat warna coklat tua, sehingga tahan lama dan kelihatan bagus.

Dinding masjid dari batu bata asli yang di susun dan diberi warna putih yang diatasnya terdapat pelipat berwarna merah sama dengan yang ada di candi, ini membuktikan adanya akulturasi dari kebudayaan hindu. Dinding hanya berfungsi penutup bagian dari luar, bukan sebagai penyangga. Pada dinding terdapat ventilasi yang juga berfungsi sebagai hiasan. Bahan yang di gunakan dari kayu jati asli serta diukir menonjol. Ventilasinya ada yang berbentuk persegi dan geomitris. Hiasan pada ventilasi berwarna dasar merah dan kuning.

Dalam Masjid yoni al-Mubarok ada 3 buah pintu, tetapi pintu yang asli yang merupakan peninggalan kanjeng jimat sendiri ada 1 buah yaitu di tengah, yang kemudian dalam pemugaran ditambahkan lagi 2 pintu. Balok pada pintu terdapat ukir-ukiran berwarna perak dan pintu berwarna kuning. Di serambi masjid terdapat bedug yang berasal dari kayu jati. Penyangga beduk berasal dari kayu jati asli pula dengan warna coklat tua. Badan beduk berwarna kunung, yang berfungsi sebagai tanda tiba waktu sholat.

Sementara di bagian atap Masjid yoni al-Mubarok seperti halnya pada masjid lainnya berbentuk tumpang, dengan tiga tingkatan yang mempunyai arti kurang lebih jika manusia mati meninggalkan tiga perkara yaitu ilmu yang bermanfaat, amal jariyah dan anak yang sholeh.

Dalam tinjauan arkeologi, Masjid yoni al-Mubarok merupakan bukti adanya islamisasi di Nganjuk sejak abad XII dan XII M. bangunan masjid Yoni al-Mubarok di berbek , Nganjuk merupakan salah satu dari peninggalan Islam di bumi Kadiri abad XII sampai XVII M.

- Tulisan (Prasasti) dan Hiasan

Tulisan yang ada merupakan bukti adanya akulturasi kebudayaan hindu dengan kebudayaan Islam. Dalam masjid terdapat ornamentasi dan tulisan sebagai dekorasi yang unik dan terpadu.

Ornamentasi pada masjid Yoni al-Mubarok dengan kerangka dari kayu jati yang berwarna coklat tua memperlihatkan arsitektural kebudayaan kuno dan jika dilihat secara mendalam akan diketahui kebudayaan yang khas Jawa-Hindu pada masa peralihan Islam.

1. Prasasti pada beduk

ü Salinan

ü Alih tulisan

- Ghain, Dzal, Nun.

- Zai, 1750

ü Terjemah

· Aksara ghain = 1000, dzal = 700, nun = 50

· Aksara zai = 7 (tujuh sebagai bulan Rajab dalam bulan Islam Jawa), 1750

ü Komentar

· Angka abjad Arab digunakan bersama dengan angka Arab. Angka Arab yang perlu diketahui adalah angka lima dan nol. Angka lima (Arab) berbentuk seperti huruf B terbalik ( ) dan angka nol Arab adalah berbentuk nol latin (0), bukan titik satu (.).

· Catatan waktu menggunakan penanggalan Jawa Islam. Tahun 1750 adalah tahun Jawa Islam, bukan tahun saka. Tahun saka berlaku di Jawa pada masa kerajaan hindu. Setelah Islam masuk, penanggalan hijriyah mulai di gunakan. Selanjutnya secara resmi pada tahun 1555 saka diganti dengan tahun Jawa Islam dengan sistem penanggalan Jawa . penganut hindu-budha tetp melanjutkan penanggalan sampai sekarang. Tahun 1750 Jawa bertepatan dengan tahun 1744 saka atau 1822 Masehi dan bertepatan dengan 1238 H.

2. Prasasti Pada Penyangga Bedug

ü Salinan

ü Alih tulisan

Puniko Pelajer Bedug Ing Tuyo Mirah Sinengkalan Ratu Pandito Roso Tunggal

ü Terjemah

Ini Pelajer Bedug di tuyo Mirah dengan menunjukkan tahun candra sengkala

Ratu = 1 Pandito = 7 Roso = 6 (?) Tunggal = 1 atau 1764 Jawa islam

ü Komentar

Penanggalan candra sengkala ini menunjukkan tahun pembuatan. Namun arti kata “rasa” itu memnunjukan angka berapa? Setelah di cek di buku :The History Of Java” karya Raffles, kata rasa tidak ditemukan untuk itu penghitungan cukup diberi angka 6 sebagai angka yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan peninggalan prasasti lainnya.

3. Prasasti Pada Dinding Depan, Liwan Masjid Al-Mubarok

ü Salinan


ü Alih tulisan

· Puniko masjide zamane kanjeng rahadian tumenggung sosro kusumo sinengkalan lena rasa pandito iko

ü Terjemah

Iini adalah masjid zaman kanjeng raden tumenggung sosro kusumo dengan tahun candra sengkala : lena rasa pandito iko

ü Komentar

Lena = 3,

rasa = 6,

pandito =7,

iko = 1,

artinya masjid ini di gunakan oleh Raden Tumenggung Sosro Kusumo pada tahun 1762 bertepatan dengan tahun 1847 M.

Prasasti pada pintu

Pada pintu masjid terdapat prasasti

ü Salinan

ü Alih tulisan

    • 1745
    • Hijrah
    • Rasulillah
    • Ghain, Ra’, Lam, Ha’

ü Terjemah

    • 1745 tahun Jawa Islam
    • Tahun hijrah
    • Dari Rasulillah
    • Ghain (1000), Ra’ (200), lam (30), ha (5) = 1235 Hijrah

ü Komentar

Angka tahun pembuatan pintu menunjuk tahun 1745 Jawa bertepatan dengan 1235 H. perhitungan ini mungkin kurang tepat. Selisih antara tahun Jawa dan hijrah selisih 512 (1555 Saka- 1043 Hijrah sebagai permulaan perhitungan Jawa ). Tahun 1745 mestinya bertepatan dengan 1745-512 = 1233.

v Hiasan

Dinding Masjid berasal dari batu bata merah asli yang disusun dan berwarna putih serta di atas dinding terdapat pelipat-pelipit berwarna merah berbentuk mirip seperti pelipat pada candi (hasil kebudayaan Hindu). Balok pada pintu terdapat ukiran lung-lingan berwarna putih perak dan di kedua sudut bagian atas di hias dengan bunga ceplok yang ditengahnya berwarna putih.

Di serambi masjid terdapat bedug yang berasal dari kayu jati. Penyangga beduk berasal dari kayu jati asli pula dengan warna coklat tua. Badan beduk berwarna kuning, dimana terdapat hiasan berbentuk kala makara.

Mimbar pada masjid bergaya timur tengah, karena bagian depan terbuka , dengan undag-undag berjumlah tiga.

Bahan yang digunakan dalam mimbar sama dengan yang lainnya dari kayu jati asli. Hiasan ukir-ukiran yang menonjol dengan warna dasar merah dipadu dengan warna kuning, cukup unik dan has sehingga terlihat megah.

Mustaka terletak di puncak berujung dan berfungsi utama untuk menutup atap berujung agar tidak bocor, kemudian fungsi lainnya sebagai hiasan eksterior. Bentuk hiasan tersebut berupa dedaunan bunga ceplok serta binatang yang kelihatan ramai dan indah. Dipuncak mustaka di hias dengan sula, pemasangannya dengan menancapkan besi ke tengah puncak mustaka yang diatasnya terdapat sula.

Mustaka dan seluruh hiasan berwarna putih, tampak artistik dan natural. Hiasan tersebut tampak sekali bukan arsitektur Islam, akan tetapi milik kepercayaan orang hindu. Sehingga jika dikaji lebih jauh arsitektur masjid Yoni al-Mubarok akan ditemukan unsur-unsur asing, termasuk didalamnya kebudayaan hindu Jawa dan Islam yang merupakan bentuk akulturasi kebudayaan dan sikap toleransi Islam terhadap kebudayaan lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar